Harga Bitcoin (BTC) menunjukkan ketahanan luar biasa dengan bertahan di atas level US$104.000 di Senin (2/6). Hal ini terjadi di tengah pasar kripto yang diguncang oleh ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China serta drama tarif yang dipicu keputusan pengadilan.
Dilansir dari Decrypt, Selasa (3/6), Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap baja dan aluminium, memanaskan kembali hubungan dagang dengan Beijing. Namun, Trump juga mengisyaratkan akan membuka ruang diskusi dengan Presiden China Xi Jinping dalam waktu dekat untuk meredakan sengketa, memunculkan istilah populer “TACO” atau Trump Always Chickens Out, di kalangan pelaku pasar.
Baca Juga: IG Group Tawarkan Perdagangan Kripto, Tanda Investasi Bitcoin Makin Diminati Masyarakat?
Sentimen geopolitik yang bergejolak ini menyebabkan likuidasi hampir US$1 miliar di pasar kripto, termasuk arus keluar sebesar US$430 juta dari iShares Bitcoin Trust ETF milik BlackRock pada 30 Mei. Meski demikian, harga bitcoin tetap stabil, menandakan adanya penyesuaian leverage alih-alih aksi jual panik.
“Risk reversals mulai kembali normal dan pendanaan perpetual telah berubah menjadi netral,” ungkap firma perdagangan aset digital QCP Capital.
Minat institusional juga tetap kuat. Perusahaan Jepang Metaplanet menambah kepemilikan bitcoin senilai US$114 juta pasca aksi jual, menjadikan total cadangan BTC mereka mencapai 8.888 BTC—setara lebih dari US$925 juta.
Baca Juga: Dalam Enam Bulan, Harga Bitcoin Diprediksi Tembus US$250.000
QCP memperkirakan tidak akan ada pemicu kebijakan besar hingga 8 Juli mendatang, sehingga harga bitcoin diproyeksikan bergerak dalam rentang antara US$100.000 hingga US$110.000 dalam waktu dekat.